Minggu, 28 Juli 2013

Kisah - Kisah Motivasi Hidup ( part I )

      Salam Superr... itu kata-kata yg sering Mario Teguh ucapkan, kali ini aku akan memberikan sedikit Kisah Motivasi Hidup dari Bp. Dr HC Ary Ginanjar Agustian yang menggugah naluri kita untuk menjadikan diri kita lebih BAIK.



NOTE : Saran dari aku.. paling enak pas baca cerita motivasi ini sambil dengerin Music Instrumental dijamin deh Cetar membahana, soalnya bikin kita semakin terhanyuuuut sama kisah yang kita baca dan seakan – akan kita yang mengalaminya. Kalo aku pas baca ini sambil dengerin music Instrumental yang judulnya “The Road To You” music ini pernah jadi Ost sebuah film Indonesia yang Judulnya kalo gak salah PUPUS. Film ini melo banget jadi pas banget didengerinnya.. apalagi kalo kita bacanya pas malem – malem menjelang tidur dan suasana sepiii bikin kita jadi tambah menghayati.

       Kisah - kisah ini aku ambil dari fb nya Ary Ginanjar Agustian yang aku copas terus aku kumpulin jadi satu kemudian aku share ke blog aku he he . . . btw sorry ya pak udh copas tanpa izin :”)



~ Pohon ~
Satu pohon dapat membuat jutaan batang korek api, Tapi satu batang korek api juga dapat membakar jutaan pohon.
Jadi, satu pikiran negatif dapat membakar semua pikiran positif. Korek api mempunyai kepala, tetapi tidak mempunyai otak, oleh karena itu setiap kali ada gesekan kecil, sang korek api langsung terbakar. Kita mempunyai kepala, dan juga otak, jadi kita tidak perlu terbakar amarah hanya karena gesekan kecil.

Ketika burung hidup, ia makan semut. Ketika burung mati, semut memakan burung. 
Waktu terus berputar sepanjang zaman. Siklus kehidupan terus berlanjut. 
Jangan merendahkan siapapun dalam hidup, bukan karena siapa mereka, tetapi karena siapa diri kita. 
Kita mungkin berkuasa tapi WAKTU lebih berkuasa daripada kita. 
Waktu kita sedang jaya, kita merasa banyak teman di sekeliling kita. Waktu kita sakit, kita baru tahu bahwa sehat itu sangat penting, jauh melebihi HARTA.
Ketika kita tua, kita baru tahu kalau masih banyak yang belum dikerjakan. 
Dan, setelah di ambang ajal, kita baru tahu ternyata begitu banyak waktu yang terbuang sia-sia.
Hidup tidaklah lama, sudah saatnya kita bersama-sama membuat HIDUP LEBIH BERHARGA.
Saling menghargai, Saling membantu dan memberi, juga saling mendukung. 

Jadilah teman perjalanan hidup yg tanpa pamrih dan syarat.

Believe in "Cause and Effect" Apa yang ditabur, itulah yang akan kita tuai ... !!



Jika kita lunak pada diri sendiri, maka dunia akan keras kepada kita. Sebaliknya, jika kita keras pada diri sendiri, maka dunia akan lunak kepada kita.

Karena itu, terus perkuat kebiasaan keras kepada diri sendiri. Disiplin, rajin, bekerja keras, ulet, berani, tegas, pantang menyerah, serta berbagai sikap kaya mental harus terus kita tanamkan. Hanya dengan sikap tersebut, kita akan jadi manusia yang lugas dalam meladeni hadangan, luwes dalam melewati tantangan, lincah dalam mengatasi persoalan, kuat dalam menghadapi goncangan, dan tegar menghadapi badai ujian.

Bulan puasa adalah bulan menahan diri. Melawan nafsu, menahan emosi, mengekang diri. Dan, kebiasaan positif tersebut akan menjadi salah satu cara untuk menguatkan diri untuk memperkeras mentalitas. Sehingga, mentalitas yang mumpuni akan mengasah diri agar kita jadi manusia unggulan dalam berbagai kesempatan. Keras pada diri sendiri akan mengantarkan kita sebagai pemenang kehidupan.

Maju terus, pertegas langkah, perkuat tekad, maka kerasnya batu-batu penghalang akan dapat kita taklukkan!

Salam 
#‎ESQ165 
@AryGinanjar165




SYUKUR dan SABAR 

Seorang muslim yang baik akan menerima ujian kelapangan, kekayaan, kesehatan dan kenikmatan dengan sikap syukur. Ia akan menerima ujian kesempitan, kemiskinan, penyakit dan kesusahan dengan sikap sabar. Syukur dan sabar adalah sebaik-baik kendaraan untuk mengarungi ujian kehidupan.

Bagaimana cara yang benar untuk mengukur tingkat kesabaran dan kesyukuran kita?
Tentang hal ini, sahabat Abdullah bin Amru bin Ash radhiyallahu ‘anhu berkata: “Saya telah mendengar Rasulullah bersabda: 

“Ada dua sifat yang jika terdapat pada diri seorang hamba, niscaya Allah mencatat hamba tersebut sebagai seorang hamba yang bersyukur dan bersabar. Dan barangsiapa pada dirinya tidak terdapat dua sifat tersebut, maka Allah tidak mencatatnya sebagai hamba yang bersyukur dan tidak pula hamba yang bersabar.

Barangsiapa melihat dalam perkara agama kepada orang yang posisinya lebih tinggi darinya, lalu ia mencontoh orang tersebut, dan dalam perkara dunia ia melihat kepada orang yang lebih rendah darinya sehingga ia memuji Allah atas karunia yang dengannya Allah melebihkan dia dari orang lain tersebut, niscaya Allah mencatat dirinya sebagai seorang hamba yang bersyukur dan bersabar.

Salam 
#‎Syukur dan #‎Sabar 
@AryGinanjarAgustian ESQ



"AMALAN YANG PAHALANYA TERUS MENGALIR"

AMAL JARIYAH adalah sebutan bagi amalan yang terus mengalir pahalanya, walaupun orang yang melakukan amalan tersebut sudah wafat.
Amalan tersebut terus memproduksi pahala yang terus mengalir kepadanya.

"Apabila anak Adam (manusia) wafat, maka terputuslah semua (pahala) amal perbuatannya, kecuali tiga macam perbuatan, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak soleh yang mendoakannya." (HR. Muslim)




Kisah Telur dan Tempe Gosong.

Suatu malam, ibu yg bangun sejak pagi, bekerja keras sepanjang hari, membereskan rumah tanpa pembantu, jam tujuh malam ibu selesai menghidangkan makan malam utk ayah, sangat sederhana, berupa telur mata sapi, tempe goreng, sambal teri dan nasi.

Sayangnya krn mengurusi adik yg merengek, tempe dan telor gorengnya sedikit gosong!
...
Saya melihat ibu sedikit panik, tapi tdk bisa berbuat banyak, minyak gorengnya sdh habis.

Kami menunggu dgn tegang apa reaksi ayah yg pulang kerja pasti sdh capek, melihat makan malamnya hanya tempe dan telur gosong.

Luar biasa! Ayah dgn tenang menikmati dan memakan semua yg disiapkan ibu dgn tersenyum, dan bahkan berkata, "Bu terima kasih ya!" Lalu ayah terus menanyakan kegiatan sy & adik di sekolah.

Selesai makan, masih di meja makan, sy mendengar ibu meminta maaf krn telor & tempe yg gosong itu & satu hal yg tidak pernah sy lupakan adalah apa yg ayah katakan:

"Sayang, aku suka telor & tempe yg gosong."

Sebelum tidur, sy pergi utk memberikan ciuman selamat tidur kpd ayah, sy bertanya apakah ayah benar-benar menyukai telur & tempe gosong?"

Ayah memeluk sy erat dg kedua lengannya & berkata, "Anakku, ibu sdh bekerja keras sepanjang hari & dia benar-benar sdh capek,

Jadi sepotong telor & tempe yg gosong tdk akan menyakiti siapa pun kok!"

Ini pelajaran yg saya praktekkan di tahun-tahun berikutnya; "Belajar menerima kesalahan orang lain, adalah satu kunci yg sangat penting utk menciptakan sebuah hubungan yg sehat, bertumbuh & abadi.”

Ingatlah emosi tdk akan pernah menyelesaikn masalah yg ada, jd selalulah berpikir dewasa. Mengapa sesuatu hal itu bisa terjadi pasti punya alasannya sendiri.

Janganlah kita menjadi org yg egois hanya mau dimengerti, tapi tdk mau mengerti.



Bila kita menganggap masalah sebagai beban, kita mungkin akan menghindarinya. Bila kita menganggap masalah sebagai tantangan, kita mungkin akan menghadapinya. Namun, masalah adalah hadiah yang dapat kita terima dengan suka cita. Dengan pandangan tajam, kita melihat keberhasilan dibalik setiap masalah.

“Masalah adalah anak tangga menuju kekuatan yang lebih tinggi. Maka, hadapilah dan ubahlah menjadi kekuatan untuk sukses.

Tanpa masalah, kita tak layak memasuki jalur keberhasilan. Bahkan hidup ini pun masalah, karena itu terimalah sebagai hadiah.

Hadiah terbesar yang dapat diberikan oleh induk elang pada anak-anaknya bukanlah serpihan-serpihan makanan pagi. Bukan pula, eraman hangat di malam-malam yang dingin. Namun, ketika mereka melempar anak-anak itu dari tebing yang tinggi.

Detik pertama anak-anak elang itu menganggap induk mereka sungguh keterlaluan, menjerit ketakutan, matilah aku! Sesaat kemudian, bukan kematian yang diterima, namun kesejatian diri sebagai elang, yaitu terbang.

Bila kita tak berani mengatasi masalah, kita tak akan menjadi seseorang yang sejati.

Salam semangat 
#‎ESQ165 
Ary Ginanjar Agustian ESQ




Seekor tikus mengintip di balik celah di tembok untuk mengamati sang petani dan istrinya, saat membuka sebuah bungkusan. Ada mainan pikirnya. Tapi dia terkejut sekali, ternyata bungkusan itu berisi perangkap tikus. Lari kembali ke ladang pertanian itu, tikus itu menjerit memberi peringatan, “Awas ada perangkap tikus di dalam rumah, hati-hati ada perangkap tikus di dalam rumah!”

Sang ayam dengan tenang berkokok dan sambil tetap menggaruki tanah, mengangkat kepalanya dan berkata. ‘Ya, maafkan aku Pak Tikus. Aku tahu memang ini masalah besar bagi kamu, tapi buat aku secara pribadi tidak ada masalah. Jadi jangan buat aku sakit kepala lah.”

Tikus berbalik dan pergi menuju sang kambing. Katanya, “Ada perangkap tikus di dalam rumah, sebuah perangkap tikus di dalam rumah!”

‘Wah aku menyesal dengan kabar ini.” Si kambing menghibur dengan penuh simpati. “Tetapi tidak ada sesuatu pun yang bisa kulakukan kecuali berdo’a. Yakinlah, kamu senantiasa ada dalam do’a-do’aku!”

Tikus kemudian berbelok menuju si lembu.
‘Oh! Sebuah perangkap tikus?” jadi saya dalam bahaya besar ya?” kata lembu sambil ketawa, berleleran air liur.

Jadi tikus itu kembalilah ke rumah dengan kepala tertunduk dan merasa begitu patah hati, kesal dan sedih, terpaksa menghadapi perangkap tikus itu sendirian. Ia merasa sungguh-sungguh sendiri.

Malam tiba, dan terdengar suara bergema di seluruh rumah, seperti bunyi perangkap tikus yang berjaya menagkap mangsa. Istri petani berlari melihat apa saja yang terperangkap. Di dalam kegelapan itu dia tak bisa melihat bahwa yang terjebak itu adalah seekor ular berbisa. Ular itu sempat mematok tangan istri petani itu. Petani itu bergegas membawanya ke rumah sakit.

Si istri kembali ke rumah dengan tubuh mungil, demam. Dan sudah menjadi kebiasaan, setiap orang sakit demam, obat pertama adalah memberikan sup ayam segar yang hangat. Petani itupun mengasah pisaunya, dan pergi ke kandang, ,mencari ayam untuk bahan supnya.

Tapi, bisa itu sungguh jahat, si istri tak kunjung sembuh. Banyak tetangga yang datang membesuk dan tamupun tumpah ruah ke rumahnya. Iapun harus menyiapkan makanan, dan terpaksa kambing di kandang itu dijadikan gulai. Tapi itu tidak cukup, bisa itu tak dapat taklukan. Si istri mati, dan berpuluh orang datang untuk mengurus pemakaman, juga selamatan. Tak ada cara lain, lembu di kandang itupun dijadikan panganan untuk puluhan rakyat dan peserta selamatan,

Sahabat, apabila kita dengar ada seseorang yang menghadapi masalah dan kita pikir masalah itu tidak ada kaitannya dengan kita, ingatlah bahwa apabila ada “perangkap tikus” di dalam rumah, seluruh “ladang pertanian” ikut menanggung resikonya. 

“Sikap mementingkan diri sendiri lebih banyak keburukan daripada kebaikannya.

Salam 
#‎ESQ165




Suatu hari seorang ayah dan anaknya sedang duduk berbincang-bincang di tepi sungai. Sang Ayah berkata kepada anaknya, “Lihatlah anakku, air begitu penting dalam kehidupan ini, tanpa air kita semua akan mati.”

Pada saat yang bersamaan, seekor ikan kecil mendengar percakapan itu dari bawah permukaan air, ikan kecil itu mendadak gelisah dan ingin tahu apakah air itu, yang katanya begitu penting dalam kehidupan ini. Ikan kecil itu berenang dari hulu sampai ke hilir sungai sambil bertanya kepada setiap ikan yang ditemuinya, “Hai tahukah kamu dimana tempat air berada? Aku telah mendengar percakapan manusia bahwa tanpa air kehidupan akan mati.”

Ternyata semua ikan yang telah ditanya tidak mengetahui dimana air itu, si ikan kecil itu semakin kebingungan, lalu ia berenang menuju mata air untuk bertemu dengan ikan sepuh yang sudah berpengalaman, kepada ikan sepuh itu ikan kecil ini menanyakan hal yang sama, “Dimanakah air?”

Ikan sepuh itu menjawab dengan bijak, “Tak usah gelisah anakku, air itu telah mengelilingimu, sehingga kamu bahkan tidak menyadari kehadirannya. Memang benar, tanpa air kita semua akan mati.”

Apa arti cerita tersebut bagi kita. Manusia kadang-kadang mengalami situasi yang sama seperti ikan kecil, mencari kesana kemari tentang kehidupan dan kebahagiaan, padahal ia sedang menjalaninya, bahkan kebahagiaan sedang melingkupinya sampai-sampai ia sendiri tidak menyadarinya...

Salam penuh kebahagiaan,
Ary Ginanjar Agustian ESQ




Kita adalah perahu kokoh yang sanggup menahan beban, terbuat dari kayu terbaik, dengan layar gagah menentang angin.
Kesejatian kita adalah berlayar mengarungi samudra, menembus badai dan menemukan pantai harapan.

Sehabat apapun perahu diciptakan tak ada gunanya bila hanya tertambat di dermaga.
Dermaga adalah masa lalu kita. Tali penambat itu adalah ketakutan dan penyesalan kita.

Jangan buang percuma seluruh daya kekuatan yang dianugerahkan pada kita.
Jangan biarkan masa lalu menambat kita di sini.
Lepaskan diri kita dari ketakutan dan penyesalan. Berlayarlah. Bekerjalah.

Yang memisahkan perahu dengan pantai harapan adalah topan badai, gelombang dan batu karang.
Yang memisahkan kita dengan keberhasilan adalah masalah yang menantang.

Di situlah kita teruji.
Hakikatnya perahu adalah berlayar menembus segala rintangan.

Selamat berlayar menuju pulau harapan...

Salam 
#‎ESQ165 
@AryGinanjarAgustian ESQ


Tidak ada komentar:

Posting Komentar